Sebuah 
mesin turbofan Pratt and Whitney untuk pesawat 
F-15 Eagle  sedang dites di Pangkalan Udara Robins, Georgia, AS. Terowongan di  belakang mesin meredam suara dan membuang buangan. Kerangkeng di depan  mesin (kiri foto) mencegah barang kecil- atau manusia- terhisap ke dalam  mesin disebabkan oleh jumlah volume udara yang besar yang masuk ke  dalam inlet.
  
Mesin jet adalah sebuah jenis 
mesin pembakaran dalam  menghirup udara yang sering digunakan dalam pesawat. Prinsip seluruh  mesin jet pada dasarnya sama; mereka mempercepat massa (udara dan hasil  pembakaran) ke satu arah dan dari 
hukum gerak Newton ketiga mesin akan mengalami dorongan ke arah yang berlawanan. Yang termasuk mesin jet antara lain 
turbojet, 
turbofan, 
rocket, 
ramjet, dan 
pump-jet.
Mesin ini menghirup 
udara dari depan dan mengkompresinya. Udara digabungkan dengan bahan bakar, dan dibakar. 
Pembakaran menambah banyak peningkatan 
energi dari 
gas yang kemudian dibuang ke belakang mesin. Proses ini mirip dengan 
siklus empat-gerak, dengan induksi, kompresi, penyalaan, dan pembuangan terjadi secara berkelanjutan. Mesin menghasilkan 
dorongan karena 
percepatan udara yang melaluinya; gaya yang sama dan berlawanan yang dihasilkan adalah dorongan bagi mesin.
Mesin jet mengambil 
massa udara yang relatif sedikit dan mempercepatnya dengan jumlah yang besar, di mana sebuah 
pendorong  mengambil massa udara secara besar dan mempercepatnya dalam jumlah  kecil. Pembuangan kecepatan tinggi dari mesin jet membuatnya efisien  pada kecepatan tinggi (terutama kecepatan 
supersonik) dan ketinggian tinggi. Pada pesawat pelan dan yang membutuhkan jarak terbang pendek, 
pendorong yang menggunakan 
turbin gas, yang umumnya dikenal sebagai 
turboprop, lebih umum dan lebih efisien. Pesawat sangat kecil biasanya menggunakan 
mesin piston untuk menjalankan pendorong tetap turboprop kecil semakin lama semakin kecil dengan berkembangnya teknologi teknik.
Efisiensi pembakaran sebuah mesin jet, seperti 
mesin pembakaran dalam lainnya, dipengaruhi besar oleh rasio volume udara yang dikompresi dengan volume pembuangan. Dalam mesin 
turbin  kompresi udara dan bentuk "duct" yang melewati ruang pembakaran  mencegah aliran balik dari situ dan membuat pembakaran berkelanjutan  dimungkinkan dan proses pendorongan.
Mesin turbojet modern  modular dalam konsep dan rancangan. Inti penghasilan-tenaga utama, sama  dalam seluruh mesin jet, disebut sebagai 
generator gas. Dan juga  modul tambahan lainnya seperti gearset pengurang dorongan  (turboprop/turboshaft), kipas lewat, dan "afterburner". Jenis alat  tambahan dipasang berdasarkan penggunaan pesawat.
Sejarah pengembangan mesin jet
Mesin jet sebenarnya diawali ketika seorang insinyur 
Perancis, 
Rene Lorin pertama kali mengajukan paten bagi mesin propulsi jetnya pada tahun 1913. Mesin yang dipatenkan adalah mesin 
athodyd (
aero-thermodynamic-duct) yang tidak memiliki bagian berputar atau lebih populer dengan sebutan mesin 
pulse jet. Mesin tipe inilah yang kemudian dikembang dan dijadikan mesin tenaga utama pendorong bom terbang 
Jerman, 
V-1 yang dipakai untuk mengebom 
Inggris.
Sayangnya  konsep mesin Lorin kurang cocok bagi pesawat berpropulsi jet karena  tidak efisien dalam kecepatan rendah. Sementara pada zaman Lorin, belum  memungkinkan membuat mesin semacam itu. Lagipula, belum diperkenalkan  bahan tahan panas yang dibuat dan dikembangkan. Mesin type Lorin ini  memiliki konsep yang serupa dengan 
mesin ramjet yang kemudian diperkenalkan.
Selanjutnya, seorang perwira Angkatan Udara Kerajaan Inggris (Royal Air Force/RAF), 
Frank Whittle kemudian seorang mahasiswa aerodinamika 
Universitas Gottingen, 
Hans von Ohain (
Jerman) serta insinyur 
Italia, 
Secondo Campini  mengembangkan mesin jet yang kemudian prinsip dan konsepnya dikenal  pada masa-masa sekarang yakni menggunakan komponen-komponen berputar  seperti 
kompresor dan 
turbin.
Sejarah  mencatat bahwa Frank Whittle mengajukan paten pada tahun 1930 namun  awalnya kurang mendapat perhatian dari Kementerian Udara Inggris.  Akibatnya, penemuan Whittle tidak menjadi rahasia militer dan detaik  konsep mesin jetnya bocor serta dimuat di berbagai jurnal ilmiah dan  teknologi 1,5 tahun kemudian. Namun atas jasa mantan rekannya di  RAFserta pembiayaan untuk pengembangan dari O.T. Falk & Partners  Ltd. maka Whittle membentuk perusahaan Power Jets yang akhirnya berhasil  mengembangkan mesin jet dan mendapat kontrak di Angkatan Udara Inggris.  Mesinnya berupa type W-1X yang kemudian ditahun 1942 diminta lisensinya  oleh 
Amerika Serikat.
Mesin  type W-1X inilah diujicoba pertama kali pada bulan Desember 1940  kemudian dimodifikasi dan dinyatakan layak untuk digunakan sebagai  tenaga dalam pesawat udara. Pesawat bermesin jet Inggris pertama kali  diterbangkan oleh pilot uji 
Gerry Sayer pada tanggal 
15 Mei 1941 dengan pesawat 
Gloster E.28/39.
Secondo Campini dari Italia membuat mesin jet pada tahun 1933 dan bergabung dengan perancang pesawat 
Giavasi Caproni membuat pesawat CC-2 bermesin jet yang terbang perdana pada tanggal 
27 Agustus 1940. Media massa Italia mencatatnya sebagai pesawat terbang jet pertama di dunia.
Hans  von Ohain mendaftarkan paten rancangan mesin jetnya pada tahun 1935.  Meski kemudian mesinnya dianggap serupa dengan konsep Whittle, namun  terdapat banyak detil perbedaan dalam mesin rancangannya. Kemudian salah  seorang profesornya yang kenal 
Ernst Heinkel, pemilik perusahaan industri pesawat 
Heinkel  meminta agar Hans von Ohain dilibatkan dalam proyek membuat mesin  pesawat. Pada bulan Maret 1937, sebuah mesin berdaya dorong 550 pon  berhasil dibuatnya, kemudian mesin berdaya dorong 1.980 pon yang  kemudian dianggap kurang berhasil serta mesin berdaya dorong 1.100 pon  yang penuh modifikasi yang kemudian dibuat untuk pesawat 
Heinkel He. 178  yakni mesin turbojet HeS-3b. Pada tanggal 27 Agustus 1939, pesawat  Heinkel He-178 kemudian sukses melakukan terbang perdananya di landasan 
Marienehe dengan pilot uji 
Luftwaffe (AU Jerman), 
Eric Warsitz. Pengembangan mesin dan pesawat jet yang pertama di dunia ini dirahasiakan oleh 
Nazi guna kepentingan militernya. Lima hari kemudian pada tanggal 
1 September 1939, tentara 
Hitler menyerang 
Polandia yang menjadi awal 
Perang Dunia II. Kerahasiaan inilah yang membuat pandangan umum di dunia bahwa Italia dan Inggris sebagai perintis dalam teknologi mesin jet.
Di 
Asia, 
Jepang mulai melirik mesin jet untuk kepentingan penerbangan terutama militernya pada tahun 1937 saat Jepang membeli 
mesin Brown-Boveri yang dilengkapi 
turbocharger dari 
Swiss. Dari dasar inilah, tidak mengeherankan setelah mendapatkan dari sekutunya, Jerman berupa rancangan pesawat tempur 
Messerschmicht Me-262, Jepang mengembangkan mesin jet 
Ne-20 untuk mentenagai pesawat jet tempur pertamanya 
Kikka, yang mirip dengan jet tempur Jerman tersebut.
Sementara 
Rusia/
Uni Soviet  disebut-sebut mendapatkan teknologi mesin jet setelah pesawat tempur  jet Jerman jatuh ketangannya, serta bantuan dari Inggris berupa mesin  jet 
Rolls-Royce Nene. Mesin inilah yang dikembangkan Uni Soviet yang kemudian digunakan dalam pesawat tempur jet 
MiG-15 Fagot yang dipakai dalam 
Perang Korea yang berkemampuan cukup mematikan.
Amerika  Serikat mendapatkan paten/lisensi mesin jet dari Inggris rancangan  Frank Whittle, W-1X. Hal ini tidak terlepas dari peran Mayor Jenderal 
H.H. Arnold,  Deputy Chief-of-Staff for Air yang dikemudian memegang pimpinan US Army  Air Forces dalam Perang Dunia II, juga dikenal sebagai Bapak dari  United States Air Force (USAF) yang saat itu diundang oleh Kementrian  Udara Inggris dalam penerbangan perdana pesawat mesin jet-nya. Jendral  Arnold kemudian mendesak pemerintah segera mempercepat Amerika Serikat  untuk memasuka abad jet, tanpa ragu kemudian ia menunjuk pabrik General  Elecric (GE) untuk melakukan riset teknologinya, mengingat GE dalam  riset teknologi turbin dan pengalaman pada 1917-1941 dengan 
turbo-supercharger. Sementara pabrik mesin lainnya, 
Pratt & Whitney] dan 
Wright  tatakala itu sudah terlalu padat dengan kontrak militer sehingga tidak  dilibatkan. Program ini sangat rahasia dan bahkan rancangan dokumen  tersebut diserahkan Arnold kepada Wakil Presiden GE, 
R.C. Muir dalam suatu rapat rahasia.
Berdasarkan rancangan mesin type W-1X inilah, AS mengembangkan mesin Type I-A yang disebut dengan sebutan kamuflase 
Type I (eye) supercharger components.  Semua orang di GE hanya mengetahui pabriknya sedang membuat  turbosupercharger raksasa yang lebih kuat. Mesin jet pertama Amerika ini  diujicoba pertama kali pada 
18 Maret 1942 namun mengecewakan. GE kemudian mengadakan perbaikan dan modifikasi sehingga sebulan kemudian, 
1 April 1942, mesin ini diujicoba dengan memuaskan.
Kerahasiaan  proyek Type I-A menyentuh Frank Whittle yang kemudian tiba di Amerika  Serikat pada Juni 1942 guna memberi nasehat dan saran sebelum mesin  dipasang pada pesawat jet pertama AS, 
Bell XP-49A. Pesawat ini kemudian diujiterbangkan pertama kali pada tanggal 
2 Oktober 1942 diatas 
Muroc Dry Lake, 
California  yang kemudian dikenal sebagai Edwards Air Force Base. Namun karena  proyek ini adalah proyek rahasia, pesawat Bell XP-59A ini kemudian  diberi propeler atau baling-baling tipuan (
dummy) pada hidung pesawat sehingga banyak yang menyangka pesawat ini adalah pesawat bermesin tunggal konvensional.
Mesin Turbojet Nuklir
Enam tahun setelah pemboman nuklir pertama di 
Hiroshima dan 
Nagasaki,  sebuah proyek rahasia diluncurkan dari badan nuklir AS (Atomic Energy  Commission/AEC) dan Angkatan Udara Amerika Serikat yang pelaksanaannya  ditugaskan kepada GE yang kemudian bersekutu dengan pabrik pesawat 
Convair untuk mempelajari dalam kurun waktu lima tahun apakah pesawat udara bertenaga mesin jet nuklir dapat dibuat.
GE  kemudian membentuk Departemen Propulsi Nuklir (Aircraft Nuclear  Propulsion Department/ANPD) yang menangani proyek ambisius Amerika  Serikat dalam kompleks Evendale yang dijaga secara ketat untuk menjamin  kerahasiaannya. Pesaingnya Pratt & Whitney (P & W) berkongsi  dengan pabrik pesawat 
Lockheed (kini 
Lockheed Martin) tidak ketinggalan menyelenggarakan proyek yang sama meski tidak ditunjuk pemerintah AS.
Proyeknya diberi sandi X211 dibawah kendali 
Bruno Bruckmann,  seorang veteran mesin jet Jerman dalam Perang Dunia II, juga orang  kedua dalam pabrik Bavarian Motor Works (BMW) yang membuat berbagai  mesin pesawat terbang termasuk mesin jet untuk Angkatan Udara Jerman  dalam perang. Teknisi lain yang dilibatkan adalah Hans von Ohain, ahli  roket Jerman 
Werner von Braun dan 
Peter Kappus  (yang kemudian menjadi ahli mesin jet GE dan yang mengkonsep sistem  lepas landas dan mendarat secara vertikal/Vertical Take-off Landing atau  VTOL). Teknisi-teknisi Jerman tersebut dibawa ke Amerika dalam operasi  rahasia yang terkenal dengan 
Operation Paper Clip guna memperkuat posisi Amerika Serikat dalam bidang teknologi dalam menghadapi 
Perang Dingin dengan Uni Soviet.
Mesin  X211, yang kemudian merupakan mesin raksasa ini, memiliki konsep yang  sederhana, yakni mesin turbin gas yang terdiri dari dua mesin dipadukan  dalam satu sumber reaktor nuklir yang dilengkapi dengan 
variable stator compressor. Kemudian pada dasarnya adalah mesin turbojet dengan 
afterburner.  Panjang mesin ini adalah 41 kaki (sekitar 12 meter) dengan afterburner  yang dapat menghimpun tenaga dorong sebesar 34.600 pound.
Baik  pabrik GE/Convair dan P & W/Lockheed butuh waktu untuk mengembangkan  mesin jet nuklir ini, terutama sekali segi keamanan radiasi nuklir yang  mungkin ditimbulkannya. Sehingga menjelang tutup tahun 1956 pun belum  bisa menyodorkan data apakah memungkinkan atau tidak mesin tersebut  dapat mentenagai pembom WS-125.
Angkatan Udara jadi kurang sabar  dan mengambil kesimpulan bahwa pesawat pembom WS-125 kurang efektif  sebagai pesawat pembom strategis sehingga programnya dibekukan. Namun  demikian GE tetap melanjutkan proyek X211 meski tidak ada target  penggunaannya. Program X211 akhirnya dihentikan pada tahun 1959.  Sementara antara tahun 1956-1959 ada perdebatan dalam Departemen  Pertahanan dan Keamanan Amerika Serikat mengenai dana pengembangan  pesawat pembom konvensional versus pembom strategis bermesin turbojet  nuklir.
Secara resmi proyek mesin jet nuklir ini akhirnya  dinyatakan pengembangannya pada tahun 1961, tatkala dana untuk  pengembangannya dicoret dari anggaran Angkatan Bersenjata Amerika  Serikat. Mesin X-211 pun hanya menjadi bagian sejarah. Proyek ini  sebenarnya mencerminkan keseriusan Amerika Serikat yang pada awalnya  tertinggal dalam penemuan dan pengembangan mesin jet.
Perkembangan teknologi mesin jet
Mesin jet atau yang juga dikenal sebagai mesin turbin gas juga dikembangkan tidak hanya untuk 
pesawat terbang tetapi juga untuk 
kapal dan di darat untuk kendaraan terutama kendaraan berat seperti 
tank dan mesin-mesin pembangkit 
listrik  dan mesin untuk industri. Ada empat jenis mesin turbojet antara lain  mesin turbojet dan turbofan yakni mesin yang tenaganya diperoleh dari  reaksi yang didapat dari daya dorong semburan jet-nya. Jenis yang lain  adalah turboprop dan turboshaft yang bekerja dengan prinsip lain yakni  energi dari gas panasnya digunakan untuk memutar/menggerakkan turbin  yang dihubungkan dengan baling-baling atau dikenal juga dengan sebutan 
power output shaft.
Mesin rekasi jet sederhana kemudian dikembangkan menjadi 
twin-spool low by pass ratio turbojet. Kini dari turbojet low by-pass ratio, berkembang menjadi 
triple-spool front fan high by-pass ratio turbojet atau lebih dikenal sebagai 
high bypass turbofan dan 
fanjet. Masih berupa konsep adalah mesin 
prop-fan dan UDF (
unducted fan) dan 
contra rotating-fan.
Mesin  turbojet adalah mesin jet yang paling sederhana, biasanya dipakai untuk  pesawat-pesawat berkecepatan tinggi. Contoh dari mesin ini adalah mesin  
Rolls-Royce Olypus 593 yang digunakan untuk pesawat 
Concorde. Versi lain adalah mesin 
Marine Olympus  yang memiliki kekuatan 28.000 hp (daya kuda atau setara dengan 21 MW)  yang digunakan untuk menggerakkan kapal perang modern dengan bobot mati  20.000 ton dengan operasi berkecepatan tinggi.